Kalau aku merantau lalu datang musim kemarau
Sumur-sumur kering, daunan pun gugur bersama reranting
Hanya mataair airmatamu
ibu, yang tetap lancar mengalir
Bila aku merantau
Sadap kopyor susumu dan ronta kenakalanku
Dihati ada mayang siwalan memutikkan sari-sari kerinduan
Lantaran hutangku padamu
tak kuasa kubayar
Ibu adalah gua pertapaanku
Saat bunga kembang menyerbak bau sayang
Ibu menunjuk ke langit, kemudian ke bumi
Aku mengangguk meskipun
kurang mengerti
Bila kasihmu ibarat samudera
Sempit lautan teduh
Tempatku mandi, mencuci lumut pada diri
Tempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauh
Lokan-lokan, mutiara dan
kembang laut semua bagiku
Kalau aku ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan
Namamu ibu yang kan kusebut paling dahulu
Lantaran aku tau
Engkau ibu dan aku anakmu
Bila aku berlayar lalu datang angin sakal
Tuhan yang ibu tunjukkan telah ku kenal
Ibulah itu..
Bidadari yang berselendang bianglala
Sesekali datang padaku
Menyuruhku menulis langit
biru dengan sajakku
Aku (chairil anwar)
Kalau sampai waktuku
Kumau tak seorangkan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus
kulitku
Aku tetap meradang
menerjang
Luka dan bisa kubawa
berlari
Berlari....
Hingga hilang pedih perih
Dan aku akan lebih tak
peduli
Aku mau hidup seribu tahun
lagi
Duka
pertiwiku(Drs. Solihin)
Rembulan dipucuk embun
menetaskan air mata darah
Datang bersama pagi dengan
wajah pucat pasih
Pada bibir tersungging
senyum matahari mati
Merapiku murka...
Mentawaiku merana...
Pertiwiku berduka...
Kepondong kecil menebarkan
bunga-bunga diatas tanah kematian
Angin dan sepi tinggalkan
mimpi
Lantunkan nyanyian pilu
Entahlah...
Kecuali pasrah
Doa (chairil anwar)
Kepada pemeluk teguh
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namaMu
Biar susah sungguh
Mengingat kau penuh seluruh
CahayaMu panas suci
Tinggal kerlip lilin
dikelam sunyi
Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk
Tuhanku
Dipintumu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling
Doa (d.zawawi imron)
Bila kau tampakkan secercah
cahaya disenyap malam
Rusuh dan gemuruh mengharu
biru seluruh tubuh
Membangkitkan gelombang
lautan rindu
Menggebu menyala
Dan lagu-lagu yang gemuruh
Menyangkarku dalam gardenMu
Biarkan aku menari dalam
laguMu
Gila lestari melimbang
badan
Ah, hatiku tertindas gatal
dan pedih
Meski nikmat semakin erat
memelukku
Aku meronta dalam kutukMu
Duhai, naungan kasihMu
melambai tangan
Sekali lagi kau kilatkan
cahaya ditengah malam
Aku silau, hanya tangan
yang menggerapai
Gelombang golek tubuhku
dalam yakin
Ah, kegilaan begitu mesra
Tangis bahagia yang
bersimbah diraut jiwa
Menggeremang nyala
bulu-bulu seluruh tubuh
Terbisik dihati puji syukur
memanjat rindu
Laser(Dinullah rayes)
Kalau kau matahari yang
menyebar panas keselurh tubuhmu,
Maka aku laser saja yang
menusuk
Panas tajam menukik
Pada luka purba yang
membuat
Dan langit jadi riuh dan
seru
Oleh suara anak-anak kita
yang kelak
Mereka pun jelmametahari
dan laser generasi hari esok
Yang memburu dan diburu
waktu berlari
Abadpun melaju
mengelopakkan
Umur mereka yang akhirnya
menuju
Kabar-kabar negeri misteri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar