Kamis, 03 Juli 2014

Puisi ibu ( buah karya D.zawawi imron)


Kalau aku merantau lalu datang musim kemarau
Sumur-sumur kering, daunan pun gugur bersama reranting
Hanya mataair airmatamu ibu, yang tetap lancar mengalir
Bila aku merantau
Sadap kopyor susumu dan ronta kenakalanku
Dihati ada mayang siwalan memutikkan sari-sari kerinduan
Lantaran hutangku padamu tak kuasa kubayar
Ibu adalah gua pertapaanku
Dan ibulah yang meletakkan aku disini
Saat bunga kembang menyerbak bau sayang
Ibu menunjuk ke langit, kemudian ke bumi
Aku mengangguk meskipun kurang mengerti
Bila kasihmu ibarat samudera
Sempit lautan teduh
Tempatku mandi, mencuci lumut pada diri
Tempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauh
Lokan-lokan, mutiara dan kembang laut semua bagiku
Kalau aku ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan
Namamu ibu yang kan kusebut paling dahulu
Lantaran aku tau
Engkau ibu dan aku anakmu
Bila aku berlayar lalu datang angin sakal
Tuhan yang ibu tunjukkan telah ku kenal
Ibulah itu..
Bidadari yang berselendang bianglala
Sesekali datang padaku
Menyuruhku menulis langit biru dengan sajakku




Aku (chairil anwar)
Kalau sampai waktuku
Kumau tak seorangkan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari....
Hingga hilang pedih perih
Dan aku akan lebih tak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi


Duka pertiwiku(Drs. Solihin)
Rembulan dipucuk embun menetaskan air mata darah
Datang bersama pagi dengan wajah pucat pasih
Pada bibir tersungging senyum matahari mati
Merapiku murka...
Mentawaiku merana...
Pertiwiku berduka...
Kepondong kecil menebarkan bunga-bunga diatas tanah kematian
Angin dan sepi tinggalkan mimpi
Lantunkan nyanyian pilu
Entahlah...
Kecuali pasrah









Doa (chairil anwar)
Kepada pemeluk teguh
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namaMu
Biar susah sungguh
Mengingat kau penuh seluruh
CahayaMu panas suci
Tinggal kerlip lilin dikelam sunyi
Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk
Tuhanku
Dipintumu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling

Doa (d.zawawi imron)
Bila kau tampakkan secercah cahaya disenyap malam
Rusuh dan gemuruh mengharu biru seluruh tubuh
Membangkitkan gelombang lautan rindu
Menggebu menyala
Dan lagu-lagu yang gemuruh
Menyangkarku dalam gardenMu
Biarkan aku menari dalam laguMu
Gila lestari melimbang badan
Ah, hatiku tertindas gatal dan pedih
Meski nikmat semakin erat memelukku
Aku meronta dalam kutukMu
Duhai, naungan kasihMu melambai tangan
Sekali lagi kau kilatkan cahaya ditengah malam
Aku silau, hanya tangan yang menggerapai
Gelombang golek tubuhku dalam yakin
Ah, kegilaan begitu mesra
Tangis bahagia yang bersimbah diraut jiwa
Menggeremang nyala bulu-bulu seluruh tubuh
Terbisik dihati puji syukur memanjat rindu
Laser(Dinullah rayes)
Kalau kau matahari yang menyebar panas keselurh tubuhmu,
Maka aku laser saja yang menusuk
Panas tajam menukik
Pada luka purba yang membuat
Dan langit jadi riuh dan seru
Oleh suara anak-anak kita yang kelak
Mereka pun jelmametahari dan laser generasi hari esok
Yang memburu dan diburu waktu berlari
Abadpun melaju mengelopakkan
Umur mereka yang akhirnya menuju

Kabar-kabar negeri misteri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar