Selasa, 17 Juni 2014

Perihnya Duka

Adakah  aku dalam benak yang tak bisa ku tebak maksudnya? Setidaknya namaku hadir disela cabang-cabang fikiran yang menjalar luas tak tentu arah.
Adakah benar bayangku yang selalu terlintas diantara sekian ribu orang yang dikenal?
Menyapa asa dalam hiruk pikuknya suasana rumit tercipta. Kabur.... yang terlihat hanya kelabu, tak ku kenali lagi sosok yang dulu disini. Yang jelas,
aku masih teringat genggaman erat tangannya membawa desiran, menciptakan sepercik rasa pengingat semua kenangan tersisa.
Mengapakah aku terbawa nelangsang? Sehingga sunyi hati dalam sabar tak merubah apa-apa, sedang bayangmu semakin menyiksa. 
Adakah aku disana? Pada fikiran-fikiranmu yang tak mampu ku jamah. Adakah aku disana? Pada hati mu yang tak mampu ku tela’ah. 
Adakah aku disana... gersang hatimu menyumbang tandus bagiku, adakah aku disana?

Berteman bayang-bayang semu ku rangkai kata. Puing-puing rasa melayang di udara terhempas begitu saja... karena hadirnya, ciptakan senyum terpaksa.

Sementara langkahmu semakin hilang.. lambaian tangan yang kuharapkan tak pernah nyata ketika tangan mu menggenggam jemari dirinya..
tak adakah kisah lain untuknya? Sehingga kisah kita harus terhalang bayangnya?

Sunyi senyap... dalam pahit terasa ku telan kecewa. Berjalan tegar, tak gentar bak seorang pejuang bersemangat baja, yang seolah aku kuat Melawan terpaan yang menggoyahkan kekokohan riang hatiku, meski nyatanya kian hancur lebur jiwa dan rasaku mati. Sakit menyeruak membabi buta, dan perih sangat!....


Memalingkan wajah dan Tak berani lagi ku menoleh ke arah banyanganmu. Biarkan ku terima bahwa tak ada lagi aku disana... tak akan ada butiran semangat yang karenacku lagi... tak akan ada lagi di  hati pemilik langkah itu, langkahmu... langkah yang samakin menjauh menggapai jemari dirinya entah kemana...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar