Sabtu, 11 Januari 2014

Aku dalam jeratan ?

”apa aku bodoh, masih mengharapkannya?”
Berkali-kali pertanyaan itu dalam benakku. Tapi begitulah, aku masih saja tidak bisa lepas dari harapanku. Dan mengapa aku masih terus menerus mengharapkan dia? seseorang yang belum tentu masih mengingatku. Tapi bagaimana mungkin aku tak memikirkan sosok itu, orang yang telah memberikan warna baru dalam hidupku.

“aku menyukaimu Lin, sejak lama. Kamu tau itu?” ucap sandy.
Aku kaget, tak menyangka lelaki idaman ku itu menyukaiku. Aku diam. Merasakan gemuruh dalam dadaku. Dan Sandy melanjutkan perkataannya.
“kamu gak pernah tau kan Lin, aku menyayangimu, aku selalu memperhatikanmu, 1 tahun ku pendam semuanya.


“Sandy? Aku gak menyangka kamu...”
“iya Lin, aku sayang kamu. Mau gak kamu jadi pacarku?” ucap Sandy memotong pembicaraanku.

Ya Tuhan, inilah waktu yang ku tunggu-tunggu. Dia menyatakan perasaannya, menyukaiku? Aku pun demikian, sangat menyukainya.
Aku kembali diam. Pipiku memerah. Aku malu. Ya Tuhan apa yang harus ku katakan? Aku memang menyukainya, mengagumi sosoknya. Tapi apa aku siap menjadi pacarnya? Dia keren, dikagumi banyak orang. Sementara aku? Aku bukan siapa-siapa! Apa aku siap? Aku tak pantas untuknya.
Ya Tuhan apa yang harus ku lakukan?

“Linda..” Sandy menggenggam tanganku. Dia menatapku lekat. Kemudian melanjutkan perkataannya “apa kamu juga menyukaiku?” ucapnya lirih.
Gemuruh dadaku tak dapat ku pungkiri.  Aku semakin bimbang. Menerimanya? Aku takut mengecewakannya. Tapi ini harapanku sedari dulu. mana mungkin aku membuang kesempatan agar harapanku menjadi kenyataan dengan menolaknya. Tapi sekali lagi, aku tak boleh egois. Aku tak boleh. Aku tidak cantik, aku pun tidak pintar. Sandy akan kecewa punya pacar seperti ku.
Sandy masih menatapku. Sorot mata itu.. ah, tak kuasa aku melihatnya.

Ku lepaskan tanganku dari genggaman Sandy. Dan memalingkan wajah dari tatapannya.
“Maaf Sandy, aku gak bisa jadi pacar kamu”  akhirnya kalimat itu terucap walaupun terasa sangat berat.
“Tapi kenapa Lin? Beri aku alasan”
Aku gak sanggup mengatakannya. Mengatakan hal yang sebenarnya tidak kurasakan. Tapi aku harus memberinya kepastian. Harus. “aa.. ak..u gak punya rasa seperti yang kamu rasakan. Perasaanku padamu sama seperti perasaanku pada yang lainya” ucapku berbohong.
Ya, aku berbohong. Membohongi Sandy juga membohongi hati kecilku. Tidak menyukainya? Mana mungkin. mana mungkin aku tak menyukai orang yang selama ini kuharapkan? Ku idolakan? Ku impikan? Tapi sekali lagi aku sadar. Aku tak pantas. Sangat tak pantas, lebih tepatnya.

@@@

Ya, kalian boleh mengatakan aku ‘pengecut’. Pengecut yang selalu pesimis terhadap dirinya sendiri. Tapi bukan tanpa alasan aku seperti ini. aku mencintainya. Justru karena itu, aku takut cintaku bertambah besar jika aku menerimanya yang hanya akan meninggalkanku.
Intinya, aku takut bersamanya jika nanti aku harus berpisah darinya. Aku takut kehilangan orang yang sangat ku cintai. Walaupun dengan tidak menerimanya pun aku tetap akan kehilangan dia, Sandy.

@@@

Bodoh! Aku tau yang kulakukan ini bodoh. Menolak orang yang ku cintai. Pura-pura tak mencintai orang yang sebenarnya sangat ku cintai. Pura-pura tak mengharapkan padahal sangat mengharapkan. Tapi rasanya aku tak mahir lama-lama dalam kepura-puraan. Buktinya Tiap hari sosok itu tak luput dari pandanganku.

2 bulan sudah semenjak Sandy mengungkapkan perasaannya. Ada sedikit penyesalan. Namun apa yang harus ku sesalkan? Begini adanya. Harus kujalani.

Kini, aku masih merindukannya. Aku masih menyayanginya. Bahkan aku masih mengharapkannya. Walau aku sadar semua itu mungkin tak ada lagi di benaknya. Biarlah aku sendiri menyusun kepingan rindu yang tersisa. Rinduku sendiri..
@@@

Hari ini, dia berjalan tepat disampingku. Aku tau dia mengetahui keberadaanku. Entah apa yang membuat jantung ku tiba-tiba berdetak kencang seperti ini? dia terus berjalan. Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Tanpa menoleh sekedar memberi senyuman. Tidaak, dia terus berjalan menuju kelasnya.
Kenapa kecewa ini hadir? Jawabannya singkat, karena aku masih belum mampu melepas semua tentangnya. Aku berusaha melawan rasa kecewa itu, tapi ternyata aku tak mampu. Aku masih ingat detik-detik dimana dia menyatakan perasaannya kepadaku itu terjadi, dan itu cukup menyesakkan batinku. Melihat kenyataan sekarang dia sudah tak pedulikan ku lagi.
Aku hanya bisa mengeluarkan nafas sesak ini. aku berusaha memaknai perpisahan kisah ini. mungkin Sandy sudah menemukan orang lain yang lebih tepat. Dia telah menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya. Biarlah dia bahagia, tak perlu ku campur tangan. Aku harus bangkit. Benar-benar bangkit dan lepas dari semua jeratan menyesakkan ini, ya.. jeratan rindu yang menyesakkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar